Thursday, October 29, 2020

Dendrocitta cinerascens

 

Dendrocitta cinerascens

A.Deskripsi

    Ini adalah burung yang cukup besar, panjang 40 centimeter, termasuk ekor bertingkat panjang, sayap bulat lebar dan kaki pendek yang lemah. Bagian bawahnya berwarna coklat kemerahan. Kepala  berwarna coklat kemerahan dengan mahkota perak pucat dan garis gelap di atas mata dan di dahi. Punggung berwarna keabu-abuan dan ekornya pucat. Sayapnya berwarna hitam dengan bercak putih dan ekornya berwarna abu-abu dengan ujung bulu berwarna hitam. Paruh dan kakinya berwarna abu-abu kehitaman dan matanya kemerahan. Perbedaan antara treepie Sumatera memiliki punggung coklat pucat, kepala coklat tua dengan tengkuk putih dan paruh lebih tipis. Burung treepis Borneo adalah burung yang berisik dengan berbagai panggilan yang keras dan eksplosif termasuk peluit seperti lonceng dan berbagai panggilan mendengus dan mengoceh. Ia mampu meniru panggilan burung lain.

B. Ekologi

Ini cukup umumdi sebagian besar pegunungan di bagian utara dan tengah Kalimantan. Initerutama terjadi antara 300 dan 2.800 meter di atas permukaan laut, yang palingumum di lembah dan kaki bukit di ujung bawah kisaran itu. Ia mendiami hutan ,tepi hutan, semak bambu dan semak belukar dan kadang-kadang terlihat di daerahbudidaya. Ia mencari makan di kanopi pohon, sendiri atau dalam kelompok kecil,mencari buah kecil, biji dan serangga besar seperti kumbang dan kecoa . Ia bisamenjadi jinak, mengunjungi desa untuk memakan sisa-sisa makanan. Sedikit yangdiketahui tentang kebiasaan berkembang biaknya. Sarangnya dangkal, terbuat dariranting halus dan diletakkan di pohon rendah. Telur berwarna putih kehijauandengan tanda coklat terkonsentrasi pada cincin di ujung yang lebih lebar.

 Dendrocitta cinerascens

C. Taxonomi

DomainEukaryota, Kerajaan Animalia, Divisi Chordata, Kelas Aves, Memesan Passeriformes,KeluargaCorvidae, Marga Dendrocitta, Jenis Dendrocitta cinerascens, Nama binomialDendrocitta cinerascens ( Sharpe , 1879 )

Referensi

1.       BirdLife International. 2016. Dendrocitta cinerascens. The IUCN Red List of Threatened Species 2016: e.T22736049A104096317. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2016-3.RLTS.T22736049A104096317.en. Downloaded on 01 November 2017.

2.       Phillipps, Quentin & Phillipps, Karen (2011). Phillipps' Field Guide to the Birds of Borneo. Oxford, UK: John Beaufoy Publishing. ISBN 978-1-906780-56-2.

3.       Davison, G. W. H. & Chew Yen Fook (1996) A Photographic Guide to Birds of Borneo, New Holland, London.

4.       MacKinnon, John & Phillipps, Karen (1993) A Field Guide to the Birds of Borneo, Sumatra, Java and Bali, Oxford University Press, Oxford.

5.       Madge, Steve & Burn, Hilary (1993) Crows and Jays, Christopher Helm, London.

6.       Strange, Morten (2001) A Photographic Guide to the Birds of Indonesia, Christopher Helm, London.

Sunday, October 11, 2020

Dendrelaphis kopsteini( Ulahk’ Tali )

 

Dendrelaphis kopsteini

( Ulahk’ Tali ) 

Dendrelaphis kopsteini

A. Morpologi 

Ular yang bertubuh panjang ramping, namun agak kekar dibandingkan kerabatnya. Panjang tubuh SVL (snout-vent length, dari moncong ke anus) berkisar antara 75,5-96,5 cm, dengan panjang total antara 117,0-142,5 cm (dari 8 spesimen). Pada masyarakat local menyebutnya Ulahk’ Tali ( Dayak Suaid ) Kepala agak panjang, jelas terbedakan dari lehernya yang lebih kecil. Mata relatif agak besar; diameternya berbanding jarak mata ke lubang hidung adalah 1,1-1,4 kali.Sisik-sisik ventral 167-181 buah, sisik anal berbelah; sisik-sisik subkaudal 140-154 pasang. Sisik-sisik dorsal dalam 15 deret di tengah badan; sisik vertebral lebih besar daripada sisik dorsal deret pertama, bentuk segi enam. Sisik loreal 1 buah. Perisai supralabial (bibir atas) 8-9(-10) buah, dua di antaranya menyentuh mata; perisai infralabial (bibir bawah) 10 buah, no 6 yang terbesar; sisik sublabial (di bawah bibir) yang pertama bersinggungan dengan dua buah perisai infralabial. Sisi atas tubuh berwarna perunggu, zaitun, atau cokelat; kadang kala sisik-sisik vertebral berwarna lebih terang, dengan tepi belakang sisik berwarna hitam lebar. Leher berwarna merah bata, khas untuk spesies ini, diikuti warna kebiruan; warna-warna ini terutama terlihat jelas ketika ular mengembangkan lehernya. Selewat sepertiga tubuh bagian depan, warna-warna terangnya tereduksi menjadi bintik-bintik berwarna biru di sisi tubuh; dan selanjutnya menjadi lebih gelap dengan belang-belang yang kabur bentuknya. Tidak ada garis atau pita gelap atau terang di sepanjang sisi tubuh.Kepala sewarna dengan warna punggung. Coret atau garis hitam berjalan mulai dari belakang hidung, melewati mata, wilayah pelipis (setengah bagian bawah) hingga ke pangkal rahang. Sisik-sisik di atas ekor dengan tepian berwarna hitam. Sisi bawah tubuh (ventral) kekuningan, semakin ke belakang semakin bertambah gelap. Sisik-sisik subkaudal (di bawah ekor) dengan ujung berwarna gelap, membentuk semacam garis memanjang di tengah ekor bagian bawah. Lidah berwarna merah, dan mata cokelat. Beberapa jenis yang berkerabat dan bermiripan bentuknya dikelompokkan ke dalam 'grup' Dendrelaphis formosus Kawasan Sunda; dengan ciri-ciri umum seperti mata yang berukuran sedang hingga sangat besar; sisik vertebral yang sangat membesar, lebih besar dari sisik dorsal deret pertama; 15 deret sisik dorsal; sisik loreal tunggal; serta tidak memiliki garis terang ventrolateral. Selain D. kopsteini, anggota kelompok ini adalah D. cyanochloris, D. formosus, D. humayuni, dan D. underwoodi Ular ini bersifat diurnal arboreal sekaligus terestrial. Mangsa utamanya adalah jenis-jenis kadal, termasuk pula golongan bunglon (Agamidae) dan tokek yang menghuni pepohonan.Ular tali kopstein tidak segan untuk turun ke tanah tatkala mengejar mangsanya. Ular betina meletakkan sekitar 8 butir telur, yang akan menetas dalam waktu 92 hari. Anak ular yang baru keluar dari telur berukuran antara 270-300 mm.

B. Taxonomi

KerajaanAnimalia,Filum Chordata, Kelas Reptilia, Ordo Squamata, Subordo Serpentes,Famili,Colubridae,Genus Dendrelaphis,SpesiesDendrelaphis kopsteini( Vogel & van Rooijen, 2007 )

Dendrelaphis kopsteini
 

Referensi

^ Vogel, G. & Dehling, M. (2013). Dendrelaphis kopsteini. The IUCN Red List of Threatened Species 2013: e.T192015A44271615. https://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.2013-1.RLTS.T192015A44271615.en. Downloaded on 10 June 2020.

^ a b c d e f g h i j Vogel, G. & J. van Rooijen. (2007). "A new species of Dendrelaphis (Serpentes: Colubridae) from Southeast Asia". Zootaxa 1394: 25–45. DOI: http://dx.doi.org/10.11646/zootaxa.1394.1.2 (laman ResearchGate)

^ Tweedie, M.W.F. (1983). The Snakes of Malaya. Singapore: The Singapore National Printers. vii + 167 pp.

^ van Rooijen, J. & G. Vogel. (2008b). "A new species of Dendrelaphis (Serpentes: Colubridae) from Java, Indonesia". The Raffles Bulletin of Zoology, 56(1): 189–97, [29 Feb 2008]

^ a b The Reptile Database: Dendrelaphis kopsteini Vogel & van Rooijen, 2007, diakses pada 10/VI/2020

^ a b c d Das, I. (2011). A photographic guide to snake and other reptiles of Borneo. 2nd Ed. London: New Holland Publisher. 144 pp.

^ a b c EcologyAsia: Kopstein's Bronzeback, diakses pada 10/VI/2020

^ Flower, S.S. (1896). "Notes on a collection of reptiles and batrachians made in the Malay peninsula in 1895–96; with a list of the species recorded from that region". Proceedings of the Zoological Society of London, 1896: 856–914, Pls. 44–46. [1 Dec 1896]

Asplenicum nidus ( Hajang )

  Asplenicum nidus ( Hajang )  " Asplenicum nidus ( Hajang )      " Asplenicum nidus ( Hajang ) "Tanaman Paku yang Indah da...